Muhammad Daeng Patompo
A. Muhammad
Daeng Patompo
Muhammad Daeng Patompo, dilahirkan pada
tanggal 16 Agustus 1926 di Lembah Binuang yang sekarang disebut Polewali ibu
kota Kabupaten Polewali Mamasa ( Polmas ), propinsi Sulawesi Selatan. Binuang
merupakan dataran subur dengan hamparang persawahan ini merupakan tempat
kenangan indah yang tidak bisa dilupakan oleh Patompo. Di Desa ini beliau
melepaskan dan menghabiskan masa kanak-kanaknya, bermain-maindan dibesarkan dan
dicintai orangnya.
Ayahnya
Puang Bakkidu adalah seorang pedagang besar keturunan bangsawan serta seorang
pemuka agama yang berasasal dari dari Rappang dan Wajo ibuna Andi Besse Mappa
adalah seorang keturunan Raja di kerajaan Binuang, neneknya Andi Paenrongi .
ketika itu adalah raja atau Selfbestuur di kerajaan Binuang yang berbatasan
dengan Balanipa-Tinambung kerajaan Majene Pambauang-mamuju yang disebut pitu
Babbana Binanga. Patompo nama kecilnya adalah andi Sappewali yang dibesarkan
oleh ibunya sendiri, dan mempunyai kakak kandung yang bernama Andi Iskandar yang juga kelahiran Binuang pada 17 Desember 1923 .
( Mattaliu
Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo
Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama)
B.
Masa
sekolah
Patompo masuk sekolah di SR yaitu sekolah rakyat
pada sekitar 1933 tapi kemudian beliau diba wah oleh pamannya ke Rappang di
sana di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiah Muhammadiyah dan duduk di kelas 3
disana Patompo masuk kepanduan Hizbul Wathan ( HW ). Hanya satu tahun di
Rappang, Patompo merasa tidak tahan untuk berpisah dengan ibunya. Patompo pun
kembali ke Binuang, disana beliau menamatkan sekolahnya di Volkschool kemudian
beliau melanjutkan pelajaran di perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Maman
Sophian patompo diterima duduk di kelas 4 melalui ujian. Tapi ibunya lalu memindahkan
lagi ke sekolah Belanda HIS di Majene dan duduk di kelas 5.
Saat itu pendudukan jepang, semua sekolah ditutup
diganti dengan sekolah jepang. Patompo memilih melanjutkan sekolah di makassar
yaitu sekolah Ujung Padang di makassar Patompo dalam tempo enam bulan beliau
sudah dapat berbahasa jepang. Patompo tinggal di salah satu rumah di muka
Masjid Arab yang terletak di tengah-tengah kampung Cina, Patompo merasa
dibentuk oleh situasi keagamaan. Di Masjid itu dua orang muballig dan khatib
tetap yang sangat disenanginya adalah Ali Ba’bud dan Asaagaf tidak heran jika
kewajibannya melaksanakan ibadah shalat lima waktu tidak pernah
ditinggalkannya. Apalagi dengan shlalat Subuh dirasakannya satu latihan yang
kemudian membentuk satu kebiasaan baginya untuk cepat bangun pagi, masalah yang
menyangkut kewajiban beribadah dan bermuamalah serta ketajaman zikir, Doa dan
amal saleh. Senantiasa terkesan dan dirasakan sudah merupakan warna hidupnya.
( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan.
Ujung Pandang: Berita Utama)
C.
Masa
Remaja
Karena di makssar hampir setiap malam sering terjadi
pemboman oleh sekutu, Maka patompo kembali ke kampung halamannya. Dikampungnya Ia
melihat ada satu Maschappy jepang pada 1 juli 1942 Patompo diterima bekerja di
perusahaan itu karena pintar berbahasa jepang ia ditempatkan sebagai jurus
tulis. Tapi hanya enam bulan saja Patompo bekerja di perusahaan itu, karena
merasa tidak cukup dengan gaji yang sangat minim lagi pula ia merasa tidak
tahan dengan kekerasan jepang sehingga ia pun meminta berhenti bekerja.
Patompo lalu mendaftarkan diri unrtuk masuk Heiho,
Namun beliau tidak lulus. Perawakannya dianggap kecil karena tidak ingin hidup
menganggur ia mencari jalan bagaimana mengisi kekosongan teringat olehnya
ketika ia bekerja di perusahaan jepang diketahuinya banyak barang-barang
kebutuhan bagi perwira-perwira jepang baik berupa makanan maupun bahan pakaian
serta barang-barang perlengkapan lukis lainnya.
Patompo mencoba menelusuri bagaiamana ia dapat
memperoleh stok perwira-perwira jepang tersebut. Melalui suatu jaringan
kepercayaan orang jepang , Patompo memilih kegiatan untuk mencatut yakni membeli
barang-barang jepang itu secara sembunyi-sembunyi dan menjualnya kepada umum.
Karena untungnya banyak, maka ia merasa keadaan hidunya agak jauh lebih baik
daripada kawan-kawan yang lain. Namun demikian dari hasil yang sempat diraihnya
terbuka pula kesempatan baginya membiasakan diri untuk beramal dan itu
dilakukannya melalui celengan masjid atau sarana amal lainnya,selebihnya
patompo dapat menutupi biaya hidupnya
serta membeli alat-alat musik. Diwaktu senggang Patompo sangat senang
mengisi waktu dengan hiburan musik di kampungnya Patompo memang gemar main
musik bersama teman-temannya.
Patompo sangat gemar bermain sepak bola, suka
bergerombol dengan teman-temannya meski sesekali berkelahi namun cepat
baik-baikan lagi. Tampak jiwa sosialnya ia gembira sekali kalau membantu
teman-temannya, begitu juga kecenderungan untuk selalu mandiri mengatur diri
sendiri tanpa terlalu banyak merepotkan orang tua dia gesit namun juga cengeng,
sangat manja.
( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M.
Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama)
D. Dalam kancah revolusi
Patompo menjelang sore sering nongkrong dirumah
salah seorang tetangganya yang bernama Sigar, seorang Langsa ( Asisten Wedana )
di Polewali Mamasa. Patompo begitu bahagia mendengar berita-berita dari radio
yang masih merupakan barang mewah dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa
memilikinya, Apalagi untuk daerah seperti
Polewali Mamasa yang berada jauh dari kota Makassar
Tiba-tiba sebuah berita menarik melintas di
telinganya para pemimpin bangsa ini telah memproklamirkan kemerdekaan
indonesia. Mereka telah meneguhkan eksistensi bangsa indonesia untuk mulai
berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia ini, Terbebas dari penjajahan
melilit selama beratus-ratus tahun.
Diberitakan
bahwa saudara tua Jepang telah menyerah kepada sekutu hancur leburnya kota
Hirosima dan Nagasaki akibat ledakan bom
atom dari sekutu yang telah meluluhtantakan mimpinya untuk tetap menancapkan
kuku kekuasaannya dibeberapa negara yang didudukinya termasuk di Indonesia.
Patompo sebagai pemuda yang pernah
mengenyam pendidikan di Taman Siswa, Polewali. Patompo sangat bersukacita
mendengar berita itu, selama Di Taman Siswa ia didik oleh Manai Sophian dan
tentunya telah menguratkan nilai-nilai nasionalisme yang dalam. Pada tahun 1939
Mr Sunarjo yang belakangan pernah menjadi Menteri dala kabinet masa Soekarno
pernah pula datang ke Taman Siswa polewali. Kehadiran partai parindra di
Polewali juga dirasakan Patompo sebagai dasar terbentuknya jiwa dan semangat
kemerdekaan buat menentukan nasib sendiri, semua ini membuat Patompo semakin
gelisah untuk segera menyebarkan informasi yang baru-baru di dengarnya.
(
Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng
Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang: Berita Utama )
E.
Kibarkan Merah Putih
Bersama
rekannya yaitu Atjo Men alias, Patompo berkeliling memberitahu semua rakyat di
daerahnya bahwa indonesia telah merdeka. Polewali Mamasa sebagai bagian dari
negara indonesia harus siap-siap untuk mempertahankan kemerdekaannya yang baru
saja diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
Dimana Patompo sangat tahu persisi bahwa
mempertahankan sesuatu yang telah diraih jauh lebih sulit dicapai dibanding
dengan mencapainya. Banyak pemuda dan
pemimpin yang datang ke Polewali Mamasa untuk memberi penerangan tentang
proklamasi kemerdekaan RI. Namun terjadi kontoversi. Sebagian mendukung dan
sebagian lagi menentang habis-habisan terutama dari kalangan raja-raja yang
masih sangat kuat dominasinya bahkan dari kalangan kerabat patompo sendiri,
termasuk pamannya yaitu Mattulada yang menjadi Selfbestur menggabtikan neneknya
serta seluruh keluarganya tidak mengingkan agar Belanda berkuasa kembali.
Namun
keadaan itu tidak mempengaruhi semangat Patompo bahkan ia mengajak
pemuda-pemuda di Polewali mengorganisir diri untuk melawan setiap orang yang
menghambat perjuangan kemerdekaan bangsa. Terjadilah permufakatan pada waktu
itu untuk mengibarkan bendera merah putih di Polewali dan Patompo kemudian
dengan keberanian mengibarkan sang Merah putih
di Polewali pada tanggal 20 Agustus 1945, yang konon akan dibuatkan
sebuah monumen pengibaran Merah Putih di Polewali tersebut sebagai bukti
sejarah.
(
Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng
Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama
F. hijrah ke makassar
Tiba-tiba
KNIL datang ke Polewali ternyata memang, hampir seluruh jajaran pemerintahan di
Polewali Mamasa pro KNIL waktu itu bahkan pemuda-pemuda yang tadinya setia pada
Patompo terpaksa membubarkan diri. Merasa kurang mendapat dukungan dari
orang-orang terdekatnya, Patompo pada akhirnya memutuskan hijrak ke Makassar.
Disini
beliau mengontak pemuda-pemuda yang sudah terorganisir, Patompo menemui Mr.
Tadjoeddin Noer dan Mr. Soepardi yang ketika itu juga menjabat ketua PNI daerah
Sulawesi. Selatan itu Patompo sempat pula berjumpa dengan Dr. Ratulangi yang
menjabat sebagai sulawesi pada awal kemerdekaan.
Mereka saling berdiskusi dan mencoba
merumuskan berbagai kemungkinan yang harus ditempuh dalam mempertahankan
kemerdekaan bangsa, agaknya mereka maklum bahwa Belanda dalam tindakan
penjajahannya. Mr. Tadjoeddin menjelaskan kepada Patompo tentang penggunaan
jalur diplomasi dalam menindaklanjuti perjuangan fisik. Maka ia meminta Patompo
agar sebaiknya mengurungkan niatnya ke pulau Jawa atau polombangkeng. Dr. Ratulangi
secara terpisah menjelaskan pula kepada Patompo bahwa perjuangan bidang
diplomasi itu sama pentingnya dengan perjuangan bersenjata. Mendapat nasehat
itu, Patompo yang sedang bergelora jiwanya tentu saja tersinggung karena
terlihat tak seorang pun pemimpin yang mau mengover kekuasaan, maka Cuma ada
dua keputusan pemuda-pemuda di Makasaar waktu itu yakni memusatkan perjuangan
di Polombangkeng atau ke jawa.
G.
Menjadi wali kota makassar
Sejarah
mencatat bahwa yang menjadi Walikota Makassar adalah Patompo dan
prosesnya berjalan mulus semua pihak berpihak dengannya dan menyatakan
dukungannya. Padahal dikalangan partai biasanya sering timbul ketidakcocokan
dan ketidaksamaan bahasa. Masing-masing tidak ada yang mau mengalah bahakan
melakukan hal yang tidak terpuji. Patompo merupakan walikota yang ke-6 yang
merupakan kolonel TNI
Sejak tahun 1961 Patompo sebagai
BPH teknik/pembangunan telah
memperlihatkan semangat dan obsesinya tentang bagaimana cara-cara penggunaan
mesin-mesin pembangunan di kota makassar dari sebuah perkampungan kumuh menjadi
kota dengan segala dimensi dan dinamika yang melingkupnya karena kewenangan otoritas
yang terbatas, faktor yang tidak bisa diabaikan oleh Patompo adalah keberhasilannya
sebagai komandan kodim di Polewali pada tahun 1964 sebagai komandan kodim
sekaligus wakil pengurus perang daerah (peperda) beliau menjalankan tugas yang
sangat berat dan semuanya dilalui dengan sukses, dimana pengalamannya semasa di
pulau jawa dia berhasil merangsang partisipasi masyarakat polewali mamasa untuk
ikut menjaga ketertiban dan kestabilan
demi suksesnya operasi kilat.
Pada tanggal 8 mei 1965 Patompo resmi
dilantik sebagai walikota makassar, Patompo mengucapkan pidato penerimaan
jabatan dengan penuh sukacita yang merupakan amanat yang harus Patompo pegang
teguh yang menyangkut cita-cita kota makassar. Maka langkah pertama yang
dilakukan beliau adalah merangkul para wartawan dan tokoh masyarakat dalam
sebuah forum pikiran. Menurut Patompo bahwa mereka adalah penerjemah yang
handal dan merupakan penyambung aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.
Kondisi pemerintahan kota pada waktu itu kurang mendukung seorang walikota yang
baru diangkat bisa berhasil dengan rancangan program yang besar, kondisi
kehidupan warga yang krisis akibat kekacauan yang membawa warganya dalam
kehidupan yang apatis.
Patompo menganggap bahwa realitas
pemerintahan kota serta kondisi yang menyelimuti warganya tersebut merupakan
akar persoalan yang mesti dituntaskan. Sehingga pada saat itu Patompo membentuk
sebuah program 3 K. Di depan sidang DPRD Kotamadya makassar, patompo menawarkan
ide-ide dan programnya untuk mendapatkan masuka-masukan, kesamaan bahasa dan
persepi dengan demikian lebih mudah tercipta. Lahirlah sebuah kerangka kerja
yang disusun dalam Pola Dasar Pembangunan Kotamadya Makassar dengan sasaran
memberantas 3 K, yaitu Kemiskinan, Kebodohan, dan Kemelaratan. Sebagai mantan
BPH tekni/pembnagunan Patompo sangat hafal semua jalan yang menyatakan bahwa
hampir 90% warga kota jatuh pada kemiskinan, kebodohan, dan kemelaratan.
Patompo juga membangun Kota Baru seperti kampung lette dan tanggul patompo. ( http://id.m.wikipedia.)
H.
Restorasi patompo mengiringi makassar ke pergaulan global
Gebrakan revolusioner sebagai
manifestasi dari ide-ide atau gagasan dari Patompo yang menyadari bahwa kota
Makassar hanya dapat dibangun oleh fondasi dengan pemikiran tangguh dan kemauan
bersama sebagai pilarnya maka para tokoh masyarakat dan wartawan dipilih
sebagai mitra kerja.
Kondisi kehidupan yang semakin kondusif
bahkan semakin cenderung memprihatinkan. Sehingga patompo menciptakan aneka
perubahan. Namun perjalan Patompo tidak semulus yang diinginkan karena Patompo
harus dihadapkan pada sejumlah persoalan yaitu kondisi keuangan, kondisi
sosial-ekonomi hingga masalah perkataan dari sebagian orang yang tidak baik
yang menganggap bahwa ide-ide Patompo tidak hanya sebagai impossible dream
belaka dan tidak akan menjadi sebuah kenyataan.
Keberhasilan Patompo menyebabkan beliau
mampu mewujudkan cita-cita Kota Makassar secara restoratif-revolutif. Dimana berbagai lapangan kerja mulai terbuka,
perekonomian berjalan lancar dan pengadaan siaran TV dilakukan dengan kerja
sama dengan enterpreneur asal jepang. Yang bernama Drs. Gobel. Hal yang paling
menarik dari strategi yang diterapkan beliau yaitu uji coba kelayakan
pembangunan yakni kegemarannya yang mencari tahu dan mengukur seberapa besar
respon dan partisipasi penduduknya.Tidak hanya kemampuan Patompo dalam
mendekati warganya, beliau juga pintar dalam mendekati para ilmuwan tidak kalah
penting sebagai variabel pendukung atas kesuksesan yang diraihnya. Berdasarkan
master plan yang dirancang, maka kota Makassar dibagi atas 5 kawasan yaitu :
1. kawasan kota lama, 2. kawasan
panakukkang, 3. kawasan Biringkanaya timur
4. kawasan Biringkanaya utara, 5.
kawasan mariso
( Dr. Ahmadin, M. Pd. 2008. Menemukan
Makassar Di Lorong Waktu, Makassar : pustaka
refleksi ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar