Senin, 04 Januari 2016

Muhammad Daeng Patompo

Muhammad Daeng Patompo


A.    Muhammad Daeng Patompo
Muhammad Daeng Patompo, dilahirkan pada tanggal 16 Agustus 1926 di Lembah Binuang yang sekarang disebut Polewali ibu kota Kabupaten Polewali Mamasa ( Polmas ), propinsi Sulawesi Selatan. Binuang merupakan dataran subur dengan hamparang persawahan ini merupakan tempat kenangan indah yang tidak bisa dilupakan oleh Patompo. Di Desa ini beliau melepaskan dan menghabiskan masa kanak-kanaknya, bermain-maindan dibesarkan dan dicintai orangnya.
     Ayahnya Puang Bakkidu adalah seorang pedagang besar keturunan bangsawan serta seorang pemuka agama yang berasasal dari dari Rappang dan Wajo ibuna Andi Besse Mappa adalah seorang keturunan Raja di kerajaan Binuang, neneknya Andi Paenrongi . ketika itu adalah raja atau Selfbestuur di kerajaan Binuang yang berbatasan dengan Balanipa-Tinambung kerajaan Majene Pambauang-mamuju yang disebut pitu Babbana Binanga. Patompo nama kecilnya adalah andi Sappewali yang dibesarkan oleh ibunya sendiri, dan mempunyai kakak kandung  yang bernama Andi Iskandar yang  juga kelahiran Binuang pada 17 Desember 1923 .
     ( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama)

B.     Masa sekolah
Patompo masuk sekolah di SR yaitu sekolah rakyat pada sekitar 1933 tapi kemudian beliau diba wah oleh pamannya ke Rappang di sana di sekolahkan di Madrasah Ibtidaiah Muhammadiyah dan duduk di kelas 3 disana Patompo masuk kepanduan Hizbul Wathan ( HW ). Hanya satu tahun di Rappang, Patompo merasa tidak tahan untuk berpisah dengan ibunya. Patompo pun kembali ke Binuang, disana beliau menamatkan sekolahnya di Volkschool kemudian beliau melanjutkan pelajaran di perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Maman Sophian patompo diterima duduk di kelas 4 melalui ujian. Tapi ibunya lalu memindahkan lagi ke sekolah Belanda HIS di Majene dan duduk di kelas 5.
Saat itu pendudukan jepang, semua sekolah ditutup diganti dengan sekolah jepang. Patompo memilih melanjutkan sekolah di makassar yaitu sekolah Ujung Padang di makassar Patompo dalam tempo enam bulan beliau sudah dapat berbahasa jepang. Patompo tinggal di salah satu rumah di muka Masjid Arab yang terletak di tengah-tengah kampung Cina, Patompo merasa dibentuk oleh situasi keagamaan. Di Masjid itu dua orang muballig dan khatib tetap yang sangat disenanginya adalah Ali Ba’bud dan Asaagaf tidak heran jika kewajibannya melaksanakan ibadah shalat lima waktu tidak pernah ditinggalkannya. Apalagi dengan shlalat Subuh dirasakannya satu latihan yang kemudian membentuk satu kebiasaan baginya untuk cepat bangun pagi, masalah yang menyangkut kewajiban beribadah dan bermuamalah serta ketajaman zikir, Doa dan amal saleh. Senantiasa terkesan dan dirasakan sudah merupakan warna hidupnya.
     ( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang: Berita Utama)
C.    Masa Remaja
Karena di makssar hampir setiap malam sering terjadi pemboman oleh sekutu, Maka patompo kembali ke kampung halamannya. Dikampungnya Ia melihat ada satu Maschappy jepang pada 1 juli 1942 Patompo diterima bekerja di perusahaan itu karena pintar berbahasa jepang ia ditempatkan sebagai jurus tulis. Tapi hanya enam bulan saja Patompo bekerja di perusahaan itu, karena merasa tidak cukup dengan gaji yang sangat minim lagi pula ia merasa tidak tahan dengan kekerasan jepang sehingga ia pun meminta berhenti bekerja.
Patompo lalu mendaftarkan diri unrtuk masuk Heiho, Namun beliau tidak lulus. Perawakannya dianggap kecil karena tidak ingin hidup menganggur ia mencari jalan bagaimana mengisi kekosongan teringat olehnya ketika ia bekerja di perusahaan jepang diketahuinya banyak barang-barang kebutuhan bagi perwira-perwira jepang baik berupa makanan maupun bahan pakaian serta barang-barang perlengkapan lukis lainnya.
Patompo mencoba menelusuri bagaiamana ia dapat memperoleh stok perwira-perwira jepang tersebut. Melalui suatu jaringan kepercayaan orang jepang , Patompo memilih kegiatan untuk mencatut yakni membeli barang-barang jepang itu secara sembunyi-sembunyi dan menjualnya kepada umum. Karena untungnya banyak, maka ia merasa keadaan hidunya agak jauh lebih baik daripada kawan-kawan yang lain. Namun demikian dari hasil yang sempat diraihnya terbuka pula kesempatan baginya membiasakan diri untuk beramal dan itu dilakukannya melalui celengan masjid atau sarana amal lainnya,selebihnya patompo dapat menutupi biaya hidupnya  serta membeli alat-alat musik. Diwaktu senggang Patompo sangat senang mengisi waktu dengan hiburan musik di kampungnya Patompo memang gemar main musik bersama teman-temannya.
Patompo sangat gemar bermain sepak bola, suka bergerombol dengan teman-temannya meski sesekali berkelahi namun cepat baik-baikan lagi. Tampak jiwa sosialnya ia gembira sekali kalau membantu teman-temannya, begitu juga kecenderungan untuk selalu mandiri mengatur diri sendiri tanpa terlalu banyak merepotkan orang tua dia gesit namun juga cengeng, sangat manja.
 ( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997.  H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama)
D. Dalam kancah revolusi
Patompo menjelang sore sering nongkrong dirumah salah seorang tetangganya yang bernama Sigar, seorang Langsa ( Asisten Wedana ) di Polewali Mamasa. Patompo begitu bahagia mendengar berita-berita dari radio yang masih merupakan barang mewah dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memilikinya, Apalagi untuk daerah seperti  Polewali Mamasa yang berada jauh dari kota Makassar
  Tiba-tiba sebuah berita menarik melintas di telinganya para pemimpin bangsa ini telah memproklamirkan kemerdekaan indonesia. Mereka telah meneguhkan eksistensi bangsa indonesia untuk mulai berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia ini, Terbebas dari penjajahan melilit selama beratus-ratus tahun.

Diberitakan bahwa saudara tua Jepang telah menyerah kepada sekutu hancur leburnya kota Hirosima dan Nagasaki  akibat ledakan bom atom dari sekutu yang telah meluluhtantakan mimpinya untuk tetap menancapkan kuku kekuasaannya dibeberapa negara yang didudukinya termasuk di Indonesia.
     Patompo sebagai pemuda yang pernah mengenyam pendidikan di Taman Siswa, Polewali. Patompo sangat bersukacita mendengar berita itu, selama Di Taman Siswa ia didik oleh Manai Sophian dan tentunya telah menguratkan nilai-nilai nasionalisme yang dalam. Pada tahun 1939 Mr Sunarjo yang belakangan pernah menjadi Menteri dala kabinet masa Soekarno pernah pula datang ke Taman Siswa polewali. Kehadiran partai parindra di Polewali juga dirasakan Patompo sebagai dasar terbentuknya jiwa dan semangat kemerdekaan buat menentukan nasib sendiri, semua ini membuat Patompo semakin gelisah untuk segera menyebarkan informasi yang baru-baru di dengarnya.
( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang: Berita Utama )
E. Kibarkan Merah Putih
Bersama rekannya yaitu Atjo Men alias, Patompo berkeliling memberitahu semua rakyat di daerahnya bahwa indonesia telah merdeka. Polewali Mamasa sebagai bagian dari negara indonesia harus siap-siap untuk mempertahankan kemerdekaannya yang baru saja diproklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta.
 Dimana Patompo sangat tahu persisi bahwa mempertahankan sesuatu yang telah diraih jauh lebih sulit dicapai dibanding dengan  mencapainya. Banyak pemuda dan pemimpin yang datang ke Polewali Mamasa untuk memberi penerangan tentang proklamasi kemerdekaan RI. Namun terjadi kontoversi. Sebagian mendukung dan sebagian lagi menentang habis-habisan terutama dari kalangan raja-raja yang masih sangat kuat dominasinya bahkan dari kalangan kerabat patompo sendiri, termasuk pamannya yaitu Mattulada yang menjadi Selfbestur menggabtikan neneknya serta seluruh keluarganya tidak mengingkan agar Belanda berkuasa kembali.
Namun keadaan itu tidak mempengaruhi semangat Patompo bahkan ia mengajak pemuda-pemuda di Polewali mengorganisir diri untuk melawan setiap orang yang menghambat perjuangan kemerdekaan bangsa. Terjadilah permufakatan pada waktu itu untuk mengibarkan bendera merah putih di Polewali dan Patompo kemudian dengan keberanian mengibarkan sang Merah putih  di Polewali pada tanggal 20 Agustus 1945, yang konon akan dibuatkan sebuah monumen pengibaran Merah Putih di Polewali tersebut sebagai bukti sejarah.
( Mattaliu Abdulrrazaq. 1997. H. M. Daeng Patompo Biografi Perjuangan. Ujung Pandang : Berita Utama
F. hijrah ke makassar
Tiba-tiba KNIL datang ke Polewali ternyata memang, hampir seluruh jajaran pemerintahan di Polewali Mamasa pro KNIL waktu itu bahkan pemuda-pemuda yang tadinya setia pada Patompo terpaksa membubarkan diri. Merasa kurang mendapat dukungan dari orang-orang terdekatnya, Patompo pada akhirnya memutuskan hijrak ke Makassar.
Disini beliau mengontak pemuda-pemuda yang sudah terorganisir, Patompo menemui Mr. Tadjoeddin Noer dan Mr. Soepardi yang ketika itu juga menjabat ketua PNI daerah Sulawesi. Selatan itu Patompo sempat pula berjumpa dengan Dr. Ratulangi yang menjabat sebagai sulawesi pada awal kemerdekaan.
 Mereka saling berdiskusi dan mencoba merumuskan berbagai kemungkinan yang harus ditempuh dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa, agaknya mereka maklum bahwa Belanda dalam tindakan penjajahannya. Mr. Tadjoeddin menjelaskan kepada Patompo tentang penggunaan jalur diplomasi dalam menindaklanjuti perjuangan fisik. Maka ia meminta Patompo agar sebaiknya mengurungkan niatnya ke pulau Jawa atau polombangkeng. Dr. Ratulangi secara terpisah menjelaskan pula kepada Patompo bahwa perjuangan bidang diplomasi itu sama pentingnya dengan perjuangan bersenjata. Mendapat nasehat itu, Patompo yang sedang bergelora jiwanya tentu saja tersinggung karena terlihat tak seorang pun pemimpin yang mau mengover kekuasaan, maka Cuma ada dua keputusan pemuda-pemuda di Makasaar waktu itu yakni memusatkan perjuangan di Polombangkeng atau ke jawa.
G. Menjadi wali kota makassar
Sejarah  mencatat bahwa yang menjadi Walikota Makassar adalah Patompo dan prosesnya berjalan mulus semua pihak berpihak dengannya dan menyatakan dukungannya. Padahal dikalangan partai biasanya sering timbul ketidakcocokan dan ketidaksamaan bahasa. Masing-masing tidak ada yang mau mengalah bahakan melakukan hal yang tidak terpuji. Patompo merupakan walikota yang ke-6 yang merupakan kolonel TNI
Sejak tahun 1961 Patompo sebagai BPH  teknik/pembangunan telah memperlihatkan semangat dan obsesinya tentang bagaimana cara-cara penggunaan mesin-mesin pembangunan di kota makassar dari sebuah perkampungan kumuh menjadi kota dengan segala dimensi dan dinamika yang melingkupnya karena kewenangan otoritas yang terbatas, faktor yang tidak bisa diabaikan oleh Patompo adalah keberhasilannya sebagai komandan kodim di Polewali pada tahun 1964 sebagai komandan kodim sekaligus wakil pengurus perang daerah (peperda) beliau menjalankan tugas yang sangat berat dan semuanya dilalui dengan sukses, dimana pengalamannya semasa di pulau jawa dia berhasil merangsang partisipasi masyarakat polewali mamasa untuk ikut menjaga ketertiban dan  kestabilan demi suksesnya operasi kilat.
Pada tanggal 8 mei 1965 Patompo resmi dilantik sebagai walikota makassar, Patompo mengucapkan pidato penerimaan jabatan dengan penuh sukacita yang merupakan amanat yang harus Patompo pegang teguh yang menyangkut cita-cita kota makassar. Maka langkah pertama yang dilakukan beliau adalah merangkul para wartawan dan tokoh masyarakat dalam sebuah forum pikiran. Menurut Patompo bahwa mereka adalah penerjemah yang handal dan merupakan penyambung aspirasi yang berkembang dalam masyarakat. Kondisi pemerintahan kota pada waktu itu kurang mendukung seorang walikota yang baru diangkat bisa berhasil dengan rancangan program yang besar, kondisi kehidupan warga yang krisis akibat kekacauan yang membawa warganya dalam kehidupan yang apatis.
Patompo menganggap bahwa realitas pemerintahan kota serta kondisi yang menyelimuti warganya tersebut merupakan akar persoalan yang mesti dituntaskan. Sehingga pada saat itu Patompo membentuk sebuah program 3 K. Di depan sidang DPRD Kotamadya makassar, patompo menawarkan ide-ide dan programnya untuk mendapatkan masuka-masukan, kesamaan bahasa dan persepi dengan demikian lebih mudah tercipta. Lahirlah sebuah kerangka kerja yang disusun dalam Pola Dasar Pembangunan Kotamadya Makassar dengan sasaran memberantas 3 K, yaitu Kemiskinan, Kebodohan, dan Kemelaratan. Sebagai mantan BPH tekni/pembnagunan Patompo sangat hafal semua jalan yang menyatakan bahwa hampir 90% warga kota jatuh pada kemiskinan, kebodohan, dan kemelaratan. Patompo juga membangun Kota Baru seperti kampung lette dan tanggul patompo. ( http://id.m.wikipedia.)
H. Restorasi patompo mengiringi makassar ke pergaulan global
Gebrakan revolusioner sebagai manifestasi dari ide-ide atau gagasan dari Patompo yang menyadari bahwa kota Makassar hanya dapat dibangun oleh fondasi dengan pemikiran tangguh dan kemauan bersama sebagai pilarnya maka para tokoh masyarakat dan wartawan dipilih sebagai mitra kerja.
Kondisi kehidupan yang semakin kondusif bahkan semakin cenderung memprihatinkan. Sehingga patompo menciptakan aneka perubahan. Namun perjalan Patompo tidak semulus yang diinginkan karena Patompo harus dihadapkan pada sejumlah persoalan yaitu kondisi keuangan, kondisi sosial-ekonomi hingga masalah perkataan dari sebagian orang yang tidak baik yang menganggap bahwa ide-ide Patompo tidak hanya sebagai impossible dream belaka dan tidak akan menjadi sebuah kenyataan.
Keberhasilan Patompo menyebabkan beliau mampu mewujudkan cita-cita Kota Makassar secara restoratif-revolutif.  Dimana berbagai lapangan kerja mulai terbuka, perekonomian berjalan lancar dan pengadaan siaran TV dilakukan dengan kerja sama dengan enterpreneur asal jepang. Yang bernama Drs. Gobel. Hal yang paling menarik dari strategi yang diterapkan beliau yaitu uji coba kelayakan pembangunan yakni kegemarannya yang mencari tahu dan mengukur seberapa besar respon dan partisipasi penduduknya.Tidak hanya kemampuan Patompo dalam mendekati warganya, beliau juga pintar dalam mendekati para ilmuwan tidak kalah penting sebagai variabel pendukung atas kesuksesan yang diraihnya. Berdasarkan master plan yang dirancang, maka kota Makassar dibagi atas 5 kawasan yaitu :
1. kawasan kota lama, 2. kawasan panakukkang, 3. kawasan Biringkanaya timur
4. kawasan Biringkanaya utara, 5. kawasan mariso

( Dr. Ahmadin, M. Pd.  2008. Menemukan Makassar Di Lorong Waktu, Makassar : pustaka refleksi ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar