Senin, 04 Januari 2016

JENDRAL URIP SUMOHARJO

JENDRAL URIP SUMOHARJO
Sekitar  tahun  1890-an di kampong Sindurejan  tinngal seorang Kepala Sekolah Dasar Belanda . Namanya Soemoharjo. Pada masa itu Kepala Sekolah sering juga disebut Mantri Guru atau Mantri Besar.Bapak Sumoharjo adalah putri putra sulung dari Mbah Glondong Rayi, seorang alim yang tinggal di Banyu Urip.Desa kecil Banyu Urip terletak kurang lebih tujuh kilometer di sebelah selatan Purworejo.Di sekitar desa itu terdapat sawah yang luas.Istri Bapak Sumoharjo adalah Purti Raden Tumenggung Wijoyokusumo.Beliau adalah Bupati Trenggalek.Pada zaman Belanda, tidak semua orang bisa menjadi bupati. Seorang Bupati haruslah seorang
Bangsawan.Bupati itu sangat di hormati dan ditakuti oleh masyarakat, baik karena kedudukan maupun karena darah bangsawan yang mengalir dalam tubuhnya.Jabatan bupati itu biasanya tutun-temurun. Bila seorang bupati meninggal dunia, ia digantikan oleh anaknya atau oleh anggota keluarga lain yang terdekat menurut pertalian darah.
Selain mempunyai kedudukan yang terhormat dan berkuasa di daerahynya, seorang Bupati adalah seorang yang cukup berada.Ia mendapat gaji dari pemerintah dan selain itu juga mempunyai tanah yang luas yang dapat digarap untuk penghidupannya.
Bapak Sumoharjo dan istri tinggal di sebuah rumah batu yang besar.Rumah itu mempunyai pekarangan yang luas.Di pekarangan itu banyak tumbuh pohon jambu, mangga, sawo, jeruk dan lain-lain.Kedua suami istri itu hidup dalam keadaan serba kecukupan. Bukankah Bapak Sumoharjo seorang Mantri guru dan bukankah istrinya putri seoarng bupati?.Dari segi ekonomi tad ada pula yang perlu mereka risaukan.Gaji Bapak Sumoharjo cukup besar.Lagi pula beliau adalah putra sulung dan ahli waris dari Mbah Glondong Rayi yang mempunyai sawah yang luas di Banyu Urip.Tidak dapat diketahui kapan suami istri itu menikah. Begitu pula, tidak dapat  diketahui nama dari  istri Bapak Sumoharjo. Yang terang ialah, pada tangal 22 Februari 1893 suami istri itu di karuniai Tuhan seoarang anak laki-laki. Tidak ada sesuatu yang istimewa pada bayi yang baru dilahirkan itu.Kulitnya hitam dan tubuhnya kecil.Ia sama dengan kebanyakan bayi laki-laki yang pernah dilahirkan di daerah Bagelen. Sekurang-kurangnya pada saat itu, orang tidak melihat keistimewaan yang kelak membedakannya dari bayi-bayi lain yang dilahirkan di daerah yang sama. Sebagai bayi yang pertama dalam keluarga Bapak Sumoharjo, tentu saja kelahirannya disambut dengan penuh rasa syukur dan gembira. Betapa tidak . Darah keluarga itu sudah ada yang akan mewarisi dan meneruskannya. Berita kelahiran itu di sampaikan ke Banyu Urip dan ke trenggalek.Kedua kakek itu pun gembira mendengarnya, terlebih-lebih lagi Mbah Glondong Rayi.Rayi itu adalah anak pertama dari putra sulungnya.Karena itu, baik di Banyu Urip maupun di Trenggalek diadakan selamatan untuk menyambut kelahiran bayi itu.
Maka mulailah kedua orang kakek itu memikirkan nama apa yang sebaiknya mereka berikan kepada cucu mereka. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, nama mempunyai pengaruh terhadap seseorang. Nama yang baik akan menyebabkan kelakuan orang yang memakannya baik pula. Sebaliknya nama yang buruk, akan menyebabkan orang yang memakainya berkelakuan buruk.  Yang paling banyak mencurahkan pikiran untuk mencari nama itu ialah  Mba Glondong Rayi. Sebagai seorang alim, beliau beranggapan bahwa, nama yang baik adalah nama yang terdapat dalam Al Qur’an, nama yang berjiwa agama. Tetapi dalam Al Qur’an terdapat banyak sekali nama yang baik. Mbah Glondong tidak dapat menentukan mana yang terbaik dan yang cocok untuk cucunya dari sekian banyaknya nama itu. Lama beliau berpikir, namun tidak berhasil memperoleh sesuatu keputusan. Sesudah itu beliau berpuasa dan bertirakat memohon petunjuk dari Tuhan . Mba Glondong mengirimkan berita kepada Bupati Wijojo kusuma tentang nama yang telah beliau peroleh itu dan sekaligus meminta persetujuan dari Bupati. Persetujuan itu beliau peroleh. Maka, setelah selesai acara puputan, diberikanlah dengan resmi nama Muhammad Sidik kepada anak sulung Bapak Sumoharjo. Baik di Purworejo  maupundi trenggalek diadakan lagi upacara dipanjatkan doa kepada Tuhan, meminta agar anak itu kelak dikaruniai umur panjang, diberi rejeki dan taat beribadat.
Ciri lain dari masyarakat Bagelan ialah leligus. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam. Di daerah ini, tepatnya di kota Purworejo, terdapat beduk terbesar di seluruh Indonesia. Garis tengah beduk itu panjangnya kurang lebih satu setengah meter.
Purworejo adalah sebuah kota kecil tempat kedudukan bupati. Dari segi militer, dalam Zaman Belanda, kota ini pun merupakan kedudukan militer. Di kota ini terdapat sebuah perkampungan militer yang terdiri dari orang-orang Negro. Pada masa ini, kota Purworejo masih juga memegang peranan dalam militer. Disini terdapat lembaga pendidikan dan Latihan militer yang disebut Battle Training Center.Dalam lembaga ini di didik dan dilatih calon tamtama dan bintara untuk seluruh pulau Jawa.Di samping itu terdapat pula kursus untuk bintara tinggi.Adanya lembaga pendidkan dan latihan militer itu dimungkinkan, sebab daerah sekitar purworejo berbukit-bukit sehingga cocok untuk latihan.
Penduduk di sekitar Purworejo umumnya hidup dari hasil pertanian.Padi merupakan hasil tanaman utama.Tetapi selain itu banyak pula penduduk yang mengusahakan perkebunan jeruk bahkan durian pun banyak terdapat.Dari hasil perkebunan jeruk itu ada penduduk yang sempat naik haji dan mereka oleh penduduk setempat disebut “Haji Jeruk”. Seperti kota-kota lainnya, kota Purworejo terdiri pula atas bagian-bagian yang secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan di sebut kota. Salah satu bagian dari kota Purworejo bernama kampung Sindurejan. Kampung itu terletak dibagian barat kota. Di kampung inilah dilahirkan tokoh yang riwayat hidupnya akan dikisahkan pada halaman-halaman berikut ini, karena riwayat hidup perjuangannya memang layak untuk diceritakan.
Dataran tinggi Bagelen yang indah terletak di bagian Selatan Propinsi Jawa Tengah. Daerah itu merupakan bagian dari daerah Kedu yang pernah diberi julukan: Taman Kebun Pulau Jawa. Julukan itu diberikan karena di daerah ini banyak terdapat kebun buah-buahan dan sayur-sayuran. Di daerah Bagelen Khususnya, dan di daerah Kedu umumnya, hidup dengan subur kisah-kisah tentang kepahlawanan Pangeran Diponegoro, bangsawan Yogyakarta yang mengangkat senjata melawan kekuasaan Kolonial Belanda Pada dekade ketiga abad ke-19. Daerah Bagelan pernah menjadi basis gerilya pasukan Diponegoro.Banyak kerugian yang dialami Belanda di daerah ini.Kisah-kisah kepahlawanan ini diceritakan dari mulut ke mulut oleh generasi yang satu kepada generasi berikutnya, oleh orang tua-tua kepada yang muda-muda.Akibat kisah-kisah lebih dari itu, kisah-kisah itu mempengaruhi watak dan sifat masyarakat Bagelen.Pada umumnya orang Bagelan dikenal sebagai orang yang berani.Dari sifat itulah berasal istilah “Daerah Bagelen”.Dalam jaman Belanda, banyak pemuda-pemuda Bagelen menjadi anggota tentara Belanda.Tidak mengherankan pula, bila dari daerah ini berasal beberapa orang tokoh militer, yang dalam sejarah perkembangan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) Pernah memainkan peranan tertentu dan utama.
A.    Masa Bersekolah
            Bapak Sumoharjo dan istrinya berharap, agar Oerip kelak menjadi pegawai negeri atau menjadi bupati menggantikan  kakeknya. Bupati Wijoyokusumo pun berharap demikian.Mereka sudah membayangkan Oerip dalam pakaian seragam bupati dan duduk di Kabupaten Trenggalek.Mereka cukup mengetahui, bahwa Oerip sangat nakal. Tetapi ia masih kanak-kanak, masih kecil. Sifat itu kelak tentu akan berubah. Semua juga menyadari, bahwa Oerip mempunyai pembawaan untuk menjadi seorang pemimpin. Sebagai anak-anak, ia telah menjadi pemimpin dari kawan-kawannya. Tentu kelak bakat itu akan berkembang dengan usianya. Mereka memastikan, Oerip akan menjadi seorang bupati yang berwibawa. Mba Glondong Rayi lain pula keingingannya. Orang tua itu, sesuai dengan lingkungan hidupnya, mengharapkan agar Oerip menjadi seorang alim, seorang taat beragama.Ia akan merasa bangga bila suatu kelak, dapat melihat Oerip menunaikan ibadah haji ke Mekah. Kelak akan terbukti, bahwa tidak satu pun dari keinginan itu terkabul. Oerip tidak pernah menduduki jabatan bupati Trenggalek.Ia tak pernah memakai seragam bupati yang selalu dibanggakan oleh orang tuanya. Ia pun tidak pernah sampai di Mekahdan memakai pakaian haji. Malahan kemudian ia menjadi seorang penganut agama Kristen. Untunglah pada waktu itu Mba Glondong tidak ada lagi, sudah lama meninggal dunia. Oerip telah  memilih jalan hidupnya sendiri, atau jalan hidup itui sesuatu dengan jiwanya. Ternyata darah Bagelen lebih banyak berbicara dan menghiasi dirinya.
            Mula-mula Oerip bersekolah di Sekolah Jawa.Murid-murid duduk pada sehelai tikar pada meja-meja kecil yang rendah.Sebenarnya Bapak Sumoharjo dapat saja memasukkan Oerip ke sekolah yang dipimpinnya.Tetapi dengan memasukkannya ke Sekolah Jawa, Ia ingin agar kenakalan Oerip dapat agar berkurang.Sesudah itu barulah Oerip dimasukkan ke Sekolah Dasar Belanda. Sekolah itu dipilih, supaya ia dapat  lancer berbahasa Belanda, sebab ia diharapkan akan menjadi bupati pada waktu. Waktu Oerip akan di masukkan ke sekolah itu, timbullah persoalan baru. Ternyata sekolah untuk anak laki-laki penuh.Tetapi di sekolah anak-anak perempuan masih ada lowongan. Bapak Sumoharjo sebenarnya bermaksud memasukkan Oerip tahun berikutnya, sebab ia sekelas dengan anak-anak perempuan. Anjuran itu diterima oleh Bapak Sumoharjo dan dengan demikian Oerip pun dimasukkan ke sekolah tersebut.Ia terpaksa duduk di tengah-tengah anak-anak perempuan. Alangkah canggungnya Oerip dalam keadaan seperti itu.Apa yang diharapkan oleh orang tuanya, untuk sebagian memang terkabul. Oerip menjadi anak yang tenang, tetapi hanya selama ia berada di kelas. Pulang Sekolah, Ia tetap Oerip kembali.Untunglah bersekolah bersama-sama anak-anak perempuan itu hanya berlangsung selama satu tahun. Pada htahun ajaran baru ia sudah berhasil masuk ke sekolah anak laki-laki. Berbeda denagn di Sekolah Jawa, di Sekolah Dasar Belanda ini Oerip betul-betul merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang murid.Ia harus bangun pagi-pagi, lalu bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Pekerjaan itu sangat membosankan baginya. Karena itu kadang-kadang ia berbuat pura-pura sakit, agar di bolehkan tinggal di rumah. Tetapi ibunya lebih cerdik dari padanya, dan hamper setiap pagi ibu itu sedia dengan sapu lidi yang siap untuk di pukulkan ke tubuh Oerip. Dengan gertakan itu, ia berhasil memaksa Oerip pagi ke Sekolah.Maka dengan rasa enggan berangkatlah Oerip ke Sekolah, yang baginya merupakan neraka. Ia yang paling terakhir masuk ke kelas. Tetapi bila lonceng berbunyi tanda pelajaran pelajaran selesai, Ia pulalah yang paling dulu berlari ke luar kelas.
            Pulang sekolah Oerip seringkali mengeluh dan kelihatan letih.Dengan lemah lembut. Ibunya mencoba membesarkan semangatnya dan mendorongnya agar rajin belajar, agar ia menjadi orang yang pandai, sehingga terpakai dalam masyarakat. Kepada Oerip diperlihatkan barang-barang milik ayahnya yang menunjukkan identitasnya sebagai pegawai.Kadang-kadang ibu itu menceritakan betapa senangnya menjadi seorang bupati.Bukankah buoati itu dihormati orang?Dengan sabar dan penuh rasa keibua, ibu itu berusaha dan selalu menuntun Oerip.Semua cerita itu didengarkan Oerip hanya sekedar untuk menyenangkan hati ibunya.Ia berbuat seolah-olah tertarik, tetapi jauh di lubuk hatinya ia menyangkal semuanya. Oerip lebih tertarik kepada perbuatan yang memperlihatkan keberanian, perbuatan yang dapat menarikperhatian orang banyak.Alangkah senangnya duduk di punggung kerbau besar menghalang-halangi lalu lintas di jalan raya.Alangkah enaknya berenang di bagian sungai yang dalam dan berjuang menghindari pusaran air.Alangkah senangnya bermain hantu-hantuan di waktu malam sambil menakut-nakuti orang-orang dewasa yang pulang dari masjid.Apa perlunya memikirkan menjadi bupati. Di kelas Oerip tidak dapat memusatkan perhatiannya kepada pelajaran. Badannya secara nyata ada dalam kelas, di tengah-tengah anak-anak yang lain, di depan gurunya, tetapi pikirannya melayang ke tempat lain. Karena itu ia tidak termasuk anak yang pandai. Angka-angka rapornya banyak yang merah. Namun ia masih beruntung dapat naik kelas setiap tahun. Ia mendapat pujian dari orang tuanya dan dari kakeknya, Bupati Wijoyokusumo, sekalipun mereka sangat cemas melihat kepandaian Oerip yang tertera dalam rapornya. Mereka mulai bimbang, akan mampukah Oerip menjadi seorang bupati, Namun perasaan itu tidak mereka perlihatkan. Mereka masih menggantungkan harapan bahwa suatu masa kelak akan terjadi suatu perubahan. Dan perubahan itu memang terjadi, tetapi tidak sesuai denagn apa yang mereka harapkan. Bahkan sebaliknya, perubahan yang terjadi itu menumbangkan semua harapan mereka.
            Sementara itu ibu Oerip mulai sakit-sakitan.Beberapa orang dokter yang cukup terkenal dan beberapa orang dukun tidak berhasil menyembuhkan penyakitnya. Dalam masa itu pula Oerip menempuh ujian Klein Ambtenaars Examen ( ujian pegawai rendah) . Ia mengikuti ujian itu bersama dengan orang-orang dewasa, malahan ada yang sudah agak lanjut usianya. Orang-orang itu menempuh ujian untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi dari pada jurutulis.Oerip lulus.Berita itu sangat menggembirakan hati ibunya.Di mata wanita itu terbang Oerip dalam seragam bupati. Tetapi akan sempatkah ia melihat Oerip dalam keadaan seperti yang dibayangkan?. Setelah di nyatakan lulus dari ujian itu, Oerip pun bersiap-siap untuk memasuki pendidikan di sekolah nagi pegawai bumi-putra yang ketika itu disebut Opleidingschool Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA). Sekolah itu terletak di Magelang.Dengan demikian untuk pertama kalinya Oerip berpisah dengan orang tua dan adik-adiknya, denagn kawan-kawan dan dengan segala permainannya.Oerip meninggalkan tempat-tempat yang banyak menimbulkan kenang-kenangan pada masa kanak-kanaknya.
            OSVIA adalah lembaga pendidikan khusus bagi anak-anak priyayi yang kelak akan dijadikan pegawai pangreh praja. Murid-murid di didik dalam suasana priyayi.Disiplin yang diterapkan di sekolah ini sangat ketat.Murid-murid diajar agar mematuhi setiap peraturan.Mereka harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang calon pegawai. Kelakuan mereka harus baik, sebab mereka kelak akan menjadi contoh dan teladan. Seorang pegawai negeri tidak boleh berkelakuan tidak sopan.Banyak peraturan yang harus dipatuhi.Pakaian pun ditentukan. Orang tua Oerip haruskan mengeluarkan biaya khusus, misalnya untuk membeli jas hitam yang akan di pakai dalam acara-acara tertentu. Sebelum berangkat ke Magelang Oerip berlatih melipat ikat kepala. Lama ia berlatih sebelum bisa memasang ikat kepala dengan cara yang baik. Ia juga harus berlatih bagaimana cara memasang kain yang memakai wiron di abgian depannya. Hal ini terasa sangat berat bagi anak yang selama ini biasanya hanya memakai celana pendek. Di OSVIA, Oerip memperoleh sebuah kamar berukuran tiga kali empat meter, seperti juga siswa-siswa lainnya. Di dalam kamar itu tersedia sebuah lemari, sebuah meja kursi, sebuah lampu minyak, sebuah gantungan pakaian dan sebuah dipan.Kacungnya dari Purworejo ikut serta bersamanya ke Magelang untuk mengurus cucian, mengabilkan makanan rantang, dan membenahi kamarnya.Pelajar-pelajar OSVIA tidak memakai sepatu.Semuanya bertelanjang kaki.Hal itu lazim pada masa itu. Dengan cara demikianlah seorang calon pegawai di didik, dan mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh. Walaupun murid-murid OSVIA dididik untuk menjadi pegawai pemerintah, tetapi pandangan orang Belanda terhadap mereka tetap rendah. Mereka disamakan dengan seorang magang kecil pada sebuah kantor. Mereka tetap dianggap sebagai “Inlander”.Hal itu menyebabkan timbulnya rasa tidak senang di kalangan murid-murid.Reaksi dari murid-murid OSVIA adalah, malam hari setelah permohonan ditolak, merka mundar-mandir di serambi memamaki bakyak.Tentulah saja itu menimbulkan suara yang bising.Guru yang bertugas jaga yang pada malam itu melaporkan tingkah laku murid-murid kepada kepala sekolah.Mereka segera diperintahkan kembali ke kamar masing-masing. Tiga jam kemudian mereka dipanggil untukmenerima hukuman. Murid yang memberontak itu memperoleh tahanan kamar salama tiga hari dan mendengarkan pidato dari kepala sekolah, van lokeren, yang sekali lagi menegaskan apa-apa yang boleh dan apa-apa yang tidak boleh dilakukan oleh para murid.
B.     PENDIDIKAN MILITER DAN TUGAS-TUGAS DALAM KNIL
Benih-benih untuk menjadi tentara itu sudah tertanam ketika Oerip masih di Purwerojo.Benih itu kemudian tumbuh dengan subur ketika dia berada di magelang. Darah bagelen itu terlihat dalam tingkah laku oerip sewaktu masih kanak-kanak, ketika ia dengan berani menggiring kawanan kerbau di jalan raya, ketika ia melindungi meraka dari ancaman anak-anak yang lain, atau ketika ia mengerahkan kawan-kawannya mengepung perkampungan militer negro.Semula, semuanya itu belum mempunyai bentuk yang pasti. Orang melihatnya hanya sebagai kebiasaan anak-anak. Bentuk itu baru diperoleh oerip ketika ia sudah duduk di kelas terakhir sekolah dasar belanda dan semakin dipertegas di magelang ketika ia bosan belajar dan mulai berkenalan dengan beberapa anggota militer kota itu.
Waktu masih belajar di sekolah dasar dasar belanda, oerip menjadi anggota organisasin yang diberi namaTot Ons Plezier (untuk kesenangan kita) disingkat TOP. Organisasi itu dibentuk oleh Ostreig dibantu oleh sarwi dan Iso.Ostreig adalah anak dari seorang pensiunan tentara. Pensiunan tentara inilah yang diangkat sebagai pelindung organisasi dan seringkali ia mengeluarkan biaya ringan utnuk kegiatan organisasi. Oerip sangat tertarik dengan kegiatan yang dengan demekian ia mengikutinya dengan sungguh-sungguh dan dengan perhatian yang mendalam, Kadang-kadang berjam-jam oerip menghabiskan untuk mendengarkan cerita yang demekian.  Di magelang, oerip mempunyai seorang teman bintara belanda yang memberikan perjaran senam dan main anggar, dari bintara ini diperolehnya pula cerita-cerita mengenai kehidupan seorang militer.
Demekianlah, cerita-cerita tentang perang, tentang kehidupan militer itu semakin lama semakin mempengaruhi jiwa oerip.Ia menemukan sesuatu yang selama ini di carinya, darah bagelan semakin kuat mengalir dalam dirinya. Akhirnya bapak sumoharjo menjanjikan sekiranya oerip betul-betul telah menjadi perwira yang disamakan derajatnya dengan perwira eropa. Sehabis masa cuti, oerip kembali ke jati Negara satu setengah tahun lamanya ia bertugas di tempat itu sebagai komandan seksi. Anak buahnya semuanya orang-orang belanda, kulit mereka putih dan tubuh mereka lebih besar dari tubuh oerip.Pada suatu hari oerip memimpin pasukannya menuju lapangan tembak di sunter, mereka berjalan sambil bersiul.Jakarta pada masa itu bukanlah Jakarta masa sekarang, kendaraan masih sedikit. Rumah-rumah dan jalan-jalanpu masih sedikit  daerah sunter termasuk daerah di luar kota.
            Berkiprah di dunia militer sebenarnya bukan cita-cita urip sumorhajo kecil.Beliau ingin menjadi pegawai pemerintahan sehingga bersekolah di OSVIA, magelang.Namun, saat menjalani pendidikan, timbul dorongan untuk menjadi tentara.Beliau memutuskan keluar dari OSVIA kemudian masuk sekolah militer belanda di Jakarta. Pada 1913, ia lulus dengan nilai terbaik dan menyandang status sebagai perwira teladan.
            Urip kemudian berdinas do KNIL (tentara hindia belanda) dengan pangkat letnan. Banyak putra Indonesia lainnya yang bergabung di KNIL, termasuk A.H.Nasution, Gatot subroto, dan T.B. Simatupang.Bekal pendidikan militer ini sangat bermanfaat dalam perjuangan merebut kemerdekaan.Urip merupakan satu-satunya orang Indonesia yang mencapai pangkat mayor dalam KNIL.Meski demekian, beliau dengan berani menetang diskriminasi yang dilakukan belanda.Pada tahun 1942, semua tentara belanda ditawan jepang, termasuk urip sumorhojo.Setelah dibebaskan jepang, jepang menawarkan jabatan sebagai komandan polisi, tetapi beliau menolak.Memasuki zaman kemerdekaan, urip sumorharjo mengusulkan agar pemerintah segera membentuk tentara.Tentara keamanan rakyat (TKR) di bentuk pada 5 oktober 1945. Urip kemudian mengumpulkan bekas KNIL lainnya untuk mengeluarkan peryataan tidak terikat lagi dalam dinas KNIL. Pernyataan itu ditandatangani 13 orang.
            Pada 15 oktober 1945, urip sumorharjo diangkat menjadi kepala staf umum TKR dengan pangkat letnan jenderal.Sebagai pemimpin tertinggi TKR, beliau berupaya menyempurnakan organisasi tentara hingga kelak TKR berkembang menjadi tentara nasional Indonesia (TNI).Pada 1948, urip sumoharjo mengundurkan diri dari jabatan sebagai kepala staf umum TKR karena tidak setuju dengan perjanjian renville yang dianggapnya banyak merugikan Indonesia. Namun, ia lalu diangkat sebagai penasehat militer presiden sukarno. Urip sumaharjo wafat pada 17 November 1948 dan dimakamkan di taman makam pahlawan semaki, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

            Imrhan, Amrin. 1980. Urip Sumohardjo

2 komentar: