Senin, 04 Januari 2016

HERTASNING

HERTASNING
Letnan Jenderal Her Tasning lahir di Makassar pada tanggal 19 Desember 1922. Putera kedua dari pasangan H. Tasning Daeng Muntu dan Hj. Bonto Daeng Kunjung. Nama sebenarnya adalah Haeruddin Tasning yang kemudian disingkat menjadi HerTasning. Sebagaimana adat istiadat orang Bugis Makassar maka beliau juga diberi nama Makassar yaitu Daeng Toro', sehingga namanya menjadi Her Tasning Daeng Toro. Hertasning menghabiskan masa kecilnya disebuah kampung di Makassar yang bernama Parangtambung. Beliau bersekolah di SD Jongaya pada tahun 1929. Setelah tamat SD beliau pun melanjutkan ke Shakel School yang kini setara dengan pendidikan SMP. Setelah itu beliau melanjutkan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) - Makassar, sebuah sekolah yang dibangun pada 1927 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pada saat menimba ilmu di sekolah menengah atas, Hertasning muda menumpang di rumah seorang saudagar kayu yang bernama H.Badong yang tinggal di Jl. Latimojong karena keluarga HerTasning hijrah ke kampung dipinggiran kota Sungguminasa yang bernama kampung Taeng. Setelah menamatkan pendidikan SMA pada tahun 1942, HerTasning merantau ke Bogor dan terdaftar sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia bercita-cita untuk memajukan sektor pertanian di kampung halamannya. Sayangnya cita-cita tersebut harus putus ditengah jalan karena kondisi keamanan pada waktu itu tidak memungkinkan. Pada saat pecah perang gerilya dan usaha-usaha pemuda dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, HerTasning ikut bersama pemuda-pemuda Sulawesi Selatan lainnya antara lain Kahar Muzakkar, Andi Ahmad Rivai dan Andi Mattalatta bergerilya dan bergabung dengan pasukan Jend. Soedirman di Klaten Jawa Tengah. Di medan peperangan di Jogjakarta, HerTasning muda berkenalan dengan seorang wanita ayu yang membantu merawat para pejuang yang terluka bernama R.A. Madahera. Madahera adalah puteri seorang pejabat daerah di Solo yang bernama Raden Sugeng Persiswoyo. Mereka pun menikah pada tahun 1948 yang kemudian dikaruniai empat (4) orang putera-puteri yaitu
1.        Bambang Irawan HerTasning Daeng Irate
2.        Diah Herawati Hertasning Daeng Kebo
3.        Burhanuddin Trianto Dg. Parumpa
4.        Ahmad Rayendra HerTasning Dg. Rewa.
Adapun rekam jejak perjalanan karir LetJend. HerTasning adalah sebagai berikut:
  • 1951-1953 Komandan CPM Kodam VII Wirabuana di Manado
  • 1953-1955 Komandan CPM Kodam VII Wirabuana di Makassar
  • 1955-1957 Menempuh Pendidikan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SSKAD) di Cimahi Jawa Barat
  • 1957-1959 Kepala Staf Kodam Sulawesi Selatan dan Tenggara
  • 1959-1960 Menempuh pendidikan kemiliteran di Fort Leavenworth, United States Army installation - Kansas
  • 1960-1962 Atase Militer Indonesia di Kairo
  • 1962-1966 Dirjen Pengamanan dan Hubungan Luar Negeri, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
  • 1966-1967 Kepala Komando Intelejen Negara
  • 1967-1973 Kepala Staf Pelaksana Kopkamtib bidang Luar Negeri, Departemen Luar Negeri Republik Indonesia
  • 1973-1976 Duta Besar Indonesia untuk Australia
  • 1976-1978 Duta Besar Indonesia untuk Singapura
Letnan Jenderal Hertasning Daeng Toro adalah seorang tokoh revolusi kemerdekaan Indonesia yang merupakan putra asli Sulawesi Selatan Ia terlibat dalam perjuangan bersama TNI atau Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat APRIS di Makassar Pasca-kemerdekaan Mayor Jenderal A H Nasution selaku pemimpin TNI menginginkan anggota pasukan militer yang profesional dan tidak sekadar berjasa dalam perjuangan meraih kemerdekaan Salah satu yang dianggap profesional dan akhirnya dilantik sebagai anggota TNI adalah Hertasning Ia memilih.
let·jend haeruddin tasning daeng toro' (hertasning) lahir di parangtambung (dulu Gowa) adalah mantan dubes indonesia untuk singapura. sekarang nama beliau diabadikan sebagai nama jalan di sebuah kawasan pusat bisnis dan perumahan elit di makassar,beliau adalah anak dari H.karaeng tasning daeng muntu.

DAFTAR PUSTAKA
Ø  Anwar, A. and Abidin, A. tokoh di balik nama-nama jalan Kota Makassar. 2008. Indonesian Culture Watch

Ø  http.wikipedia.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar